Thursday, January 6, 2011

Air Mata Rasulullah S.A.W



Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam: "Bolehkah saya masuk?"
tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. "Maaf, ayahku sedang demam" kata Fatimah sambil membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak taulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya", tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak di kenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah Malaikatul maut", kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril ikut sama menyertainya.

Kemudian di panggillah Jibril yang sebelumnya sudah siap-siap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Alloh dan penghulu Dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril..
Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi.
"Katakan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" Rasulullah berkata.
"Jangan khawatir, wahai Rasulullah! Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja,kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya' " Kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah keringat, urat-uratnya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini" perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah di renggut ajal," kata Jibril.
sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh karena sakit yang tidak tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat sekali maut ini, timpakan saja semua maut ini kepadaku, jangan pada umatku!"
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya, "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku' (peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)"

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah pun menutupkaan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii,ummatii,ummatii?" (Umatku,umatku,umatku)
Dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi.

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Agar timbul kesadaran unuk mengingat maut dan mencintai Allah dan Rasul-Nya, seperti Allah dan Rasul-Nya mencintai kita.

No comments:

Post a Comment